Gambar Wayang Pandawa Lima Dan Wataknya

Gambar Wayang Pandawa Lima Dan Wataknya

Yudhistira (Puntodewo)

Yudhistira adalah putra sulung Prabu Pandu Dewanata dan Dewi Kunti. Ia lahir dari mantra yang diucapkan Kunti untuk memanggil Dewa Yama, dewa keadilan, sehingga Yudhistira dianugerahi sifat kejujuran dan keadilan yang luar biasa.

Nama Yudistira dibentuk dari kata yuddha dan sthira yang dalam bahasa Sanskerta Hindu bermakna "teguh dalam peperangan". Dalam kisah wayang Pandawa, Yudhistira dikenal karena komitmennya yang teguh terhadap kebenaran dan dharma. Ia selalu berusaha untuk melakukan hal yang benar, meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit.

Sebagai seorang pemimpin, dikisahkan Yudhistira sering kali harus membuat keputusan yang berat. Namun, ia selalu berusaha untuk bersikap adil demi kebaikan bersama. Selain itu, raja Yudhistira tidak mau menggunakan pakaian keemasan karena kesederhanaan pakaian senantiasa diterapkan.

Baca juga : Kisah Wayang Bima Bungkus: Simbol Kekuatan, Takdir, dan Keberanian Pandawa

Istri Yudhistira adalah Dewi Dropadi. Yudhistira dan Drupadi memiliki seorang anak bernama Raden Pancawala. Yudhistira dikenal sebagai titisan Dewa Yama, dewa akhirat. Ia memiliki karakter bijaksana, sabar, dan pemaaf.

Bima (Bimasena/Werkodara)

Bima atau werkodara adalah tokoh utama dalam epos Mahabharata. Ia adalah putra Kunti dan dikenal sebagai anggota Pandawa yang memiliki kekuatan luar biasa. Bima lahir atas pembacaan mantra yang dilakukan Kunti kepada dewa Bayu. Meskipun berpenampilan keras dan mampu menakutkan musuh, Bima sebenarnya berhati lembut.

Selain itu, dikisahkan Bima memiliki saudara seayah yang terkenal, yaitu Hanoman, sosok wanara yang menjadi tokoh penting dalam kisah Ramayana. Dalam pewayangan Bima digambarkan sebagai adik kedua dari Yudhistira yang memiliki keberanian, kepatuhan dan teguh pendirian serta jujur.

Baca juga : Mari Menyongsong Kebangkitan Wayang di Tengah Gempuran  Modernisasi

Siapa yang tidak mengenal Arjuna, tokoh pewayangan satu ini terkenal akan wajahnya yang rupawan serta kepandaiannya dalam memanah. Arjuna juga digambarkan berhati lemah lembut.

Dalam Mahabharata diriwayatkan ia merupakan putra ke tiga Prabu Pandu, raja di Hastinapura dengan Kunti atau Perta, putri Prabu Surasena, raja Wangsa Yadawa di Mathura, yang membacakan Mantra untuk memanggil dewa Indra, pemimpin para Dewa.

Dalam pewayangan, Arjuna digambarkan berbadan kecil tetapi sangat kuat dan mahir berperang, hingga menjadi satria andalan dewata. Bukan hanya itu,  Arjuna juga digambarkan memiliki pribadi berwatak baik, tingkah laku halus (membuatnya disukai orang banyak), rendah hati, dewasa, memiliki keteguhan hati, pantang menyerah, dan siap membantu siapa saja termasuk dewa.

Arjuna juga sebenarnya memiliki banyak istri namun yang kerap kali ditonjolkan dalam setiap lakon wayang hanya Drupadi.

Nakula merupakan anak dari pandu dan istri keduanya Madri. Dalam kitab Mahabharata, Nakula digambarkan sebagai sosok yang sangat tampan dengan wajah yang memikat. Dropadi bahkan menyebut Nakula sebagai suami paling tampan di dunia.

Namun, Nakula memiliki kelemahan, yaitu cenderung membanggakan ketampanannya. Hal ini diungkapkan oleh Yudistira dalam kitab Mahaprasthanikaparwa, Selain memiliki penampilan yang menarik, Nakula juga ahli dalam merawat kuda dan memiliki keahlian khusus di bidang astrologi.

Perbedaan antara wayang Nakula dan Sadewa dapat dikenali dari bentuk dahi masing-masing, di mana Nakula memiliki dahi lebar. Meskipun secara fisik Nakula dan Sadewa adalah kembar identik, keduanya memiliki kepribadian yang berbeda.

Nakula dikenal sebagai sosok yang pendiam dan penuh pemikiran. Nakula cenderung merenungkan dan mendalami setiap hal yang akan dikerjakan. Nakula hanya akan mengungkapkan pemikirannya jika diminta pendapatnya. Ekspresi wajah Nakula dalam pewayangan menggambarkan pribadi yang tangguh, rendah hati, berperilaku halus, dan bijaksana.

Sadewa merupakan saudara kembar dari Nakula. Pada wayang purwa, Sadewa memiliki ciri wajah terdapat mata gabahan, hidung miring, mulut tertutup, dan jarang berbicara. Ia dihiasi sumping kembang kluwih di telinga, dengan rambut bergaya supit urang dan lungsen di atas dahi. Perbedaan dengan Nakula, Sadewa berdahi ciut sinom atau sempit.

Sadewa dikenal cerdas, pandai berbicara, dan seorang komandan yang mampu membangkitkan semangat prajurit. Wajahnya dalam dalam pewayangan dibuat seperti karakter yang mencerminkan sifat tangguh, rendah hati, halus, dan bijaksana. Itulah Tokoh wayang Pandawa yang memiliki keunikan masing-masing pada setiap karakternya, saat ini tugas kita hanya terus melestarikan budaya dan sejarah pewayangan di Indonesia.

(Dinas Kebudayaan DKI Jakarta/Youtube Jawa Saja/Jurnal Seni dan Budaya Representasi Tokoh Pewayangan Purwa Pandawa Gagrag Surakarta Universitas Kristen Setya Wacana/Z-3)

Gambar Pandawa Lima dan Namanya

Tokoh Pandawa Lima dianggap sebagai jelmaan beberapa dewa. Pertama, Yudistira diklaim sebagai titisan Dewa Yama, Bima titisan Dewa Bayu, Arjuna titisan Dewa Indra, dan Nakula serta Sadewa sebagai jelmaan Dewa Kembar Aswin.

Untuk mengenal lebih lanjut soal Bima hingga Arjuna ini, berikut adalah gambar pandawa lima dan namanya.

1. Gambar Wayang Yudistira (Puntadewa)

Puntadewa. foto/IStockphoto

Dalam cerita, Yudistira dicitrakan sebagai tokoh yang penyabar, mengutamakan persatuan, bijaksana, jujur, adil, percaya diri, dan tidak suka memiliki musuh. Tokoh ini memiliki nama kecil Puntadewa. Nama yang berasal dari bahasa Sanskerta ini berarti “teguh dan kokoh dalam peperangan”.

2. Gambar Wayang Bima Werkudara (Sena)

Bima. foto/istockphoto

Tokoh ini saat kecil bernama Sena. Nama Bima ini memiliki arti mengerikan yang sesuai dengan fisik tokohnya, misal kuat, berlengan panjang, bertubuh tinggi, dan berwajah seram. Walaupun fisiknya seperti yang dideskripsikan, namun karakter ini memiliki sifat-sifat positif dalam kehidupan sehari-harinya. Sifat tersebut meliputi patuh, setia, jujur, tabah, kuat, teguh, dan gagah berani.

3. Gambar Wayang Arjuna

Arjuna. foto/IStockphoto

Dalam cerita, ia dikisahkan pandai memanah dan mahir menerapkan strategi perang. Oleh karena itu, Arjuna memiliki sifat pandai, cerdik, dan teliti. Sedangkan terkait sifat lainnya, ia dikenal pendiam, lembut, sopan, dan berani. Karakter ini mempunyai nama Permadi dan dianggap sebagai penjelmaan dewa perang (Dewa Indra). Nama Arjuna yang dimiliki oleh anak Pandu ini berarti “yang bersinar”.

4. Gambar Wayang Nakula dan Sadewa

Nakula Sadewa. foto/Istockphoto

Anak yang lahir bersama dengan Sadewa, anak Pandu dan Madri lainnnya ini memiliki nama kecil Pinten. Nama Nakula yang berarti “tikus benggala” bersinggungan dengan keterampilan Nakula dalam peperangan. Dalam kisah Mahabharata, Nakula diceritakan pandai berpedang dengan sikapnya yang jujur, setia, taat, dan paham tentang balas budi. Selain ahli dalam pedang dan memiliki sifat positif, Nakula juga dianggap sebagai pria tertampan di dunia Mahabharata.

Lahir bersama Nakula, Sadewa punya nama kecil Tangsen. Nama Sadewa sendiri berarti “raja kembar” yang merujuk kepada penyebutan Nakula-Sadewa ketika terlahir bersamaan. Berbeda dengan Nakula yang ahli berpedang, Sadewa dicitrakan sebagai ahli astronomi. Selain itu, ia memiliki sifat rajin, bijaksana, jujur, setia, taat, dan mengerti tentang perbuatan balas budi.

Jenis Senjata Pandawa Lima

Pandawa Lima memiliki beberapa jenis senjata pusaka yang digunakan dalam perang yang terjadi antara Pandawa dan Kurawa. Berikut penjelasannya.

JANGAN LUPA RATE YA GAN

Pandawa Lima adalah sebutan untuk sebuah keluarga di dunia pewayangan yang terdiri atas lima orang laki-laki bersaudara pembela dan pejuang kebenaran. Ternyata seperti halnya tokoh-tokoh pewayangan lain seperti Ramayana, Punakawan dan lain-lainnya. Pandawa Lima juga mengandung makna yg mendalam sesuai dengan ajaran agama Islam. Dalam pewayang Jawa Pandawa Lima lebih dikenal dengan isitilah Pendawa Lima kependekan dari Pendalaman Wawasan Lima. Maksudnya adalah Membina dan Membing Umat agar lebih memperdalam lebih jauh tentang apa arti sesungguhnya tentang Rukun Islam yang lima dan apa makna filosofinya dalam prilaku hidup muslim Dalam dunia pewayangan arti Pendawa Lima adalah merupakan visualisasi dari rukun Islam yang lima, maksudnya bahwa figur Pandawa Lima itu merupakan gambaran rukun Islam yang lima. Berikut uraian tokoh-tokoh Pandawa Lima:

Spoiler for Yudhistira:

Spoiler for yudhistira:

Yudhistira (Puntadewa/Satria Pembarep/Ksatria Tertua) Yudisthira merupakan sulung dari para Pandawa. Dia memiliki sifat jujur, adil, sabar, taat, dan penuh percaya diri. Dikisahkan juga bahwa selama hidupnya, Yudisthira tidak pernah berbohong. Yudisthira mahir menggunakan tombak sebagai alat perang. Dikisahkan juga bahwa setelah perang Baratayuda, Yudisthira adalah pemegang tahta kerajaan Hastinapura. Yudhistira mempunyai senjata “Jimat Kalimasada” alih bahasa dari kalimat Syahadat. Dengan senjata ini ia tidak pernah kalah ataupun putus asa menghadapi musibah, tidak banyak suudzon terhadap setiap orang. Sebagian pendapat mengatakan bahwa istilah Kalimasada berasal dari kata Kalimat Syahadat, yaitu sebuah kalimat utama dalam agama Islam. Kalimat tersebut berisi pengakuan tentang adanya Tuhan yang tunggal, serta Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Tentang Kalimasada : Menurut pendapat tersebut, istilah Kalimasada diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-16. Konon, Sunan Kalijaga menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah, antara lain ia memasukkan istilah Kalimat Syahadat ke dalam dunia pewayangan. Namun pendapat lain mengatakan bahwa sebelum datangnya agama Islam, istilah Kalimasada sudah dikenal dalam kesussastraan Jawa. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Dr.Kuntar Wiryamartana SJ. Istilah Kalimasada bukan berasal dari kata Kalimat Syahadat, melainkan berasal dari kata Kalimahosaddha. Istilah Kalimahosaddha ditemukan dalam naskah Kakimpoi Bharatayuddha yang ditulis pada tahun 1157 atau abad ke-12, pada masa pemerintahan Maharaja Jayabhaya di Kerajaan Kadiri. Istilah tersebut jika dipilah menjadi Kali-Maha-Usaddha, yang bermakna "obat mujarab Dewi Kali". Kakimpoi Bharatayuddha mengisahkan perang besar antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Pada hari ke-18 panglima pihak Korawa yang bernama Salya bertempur melawan Yudistira. Yudistira melemparkan kitab pusakanya yang bernama Pustaka Kalimahosaddha ke arah Salya. Kitab tersebut berubah menjadi tombak yang menembus dada Salya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa istilah Kalimahosaddha sudah dikenal masyarakat Jawa sejak beberapa abad sebelum munculnya Sunan Kalijaga. Mungkin yang terjadi adalah Sunan Kalijaga memadukan istilah Kalimahosaddha dengan Kalimat Syahadat menjadi Kalimasada sebagai sarana untuk berdakwah. Tokoh ini memang terkenal sebagai ulama sekaligus budayawan di Tanah Jawa, oleh karena itu Yudhistira merupakan gambaran Rukun Islam yang pertama yiatu Dua Kalimat Syahadat (karena disebutkan bahwa dia mempunyai Jimat Kalimasada.

Bima(Bratasena/Satrio Penegak Pandowo/Ksatria Penegak Pandawa) Bima adalah anak kedua dari keluarga Pandawa. Bima memiliki arti “mengerikan” dalam bahasa sansekerta. Mungkin hal ini karena Bima memang memiliki perawakan yang besar diantara saudaranya yang lain. Tak heran, Bima menjadi panglima perang dalam perang Baratayuda, memimpin tentara Pandawa. Bima diceritakan memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, jujur, tabah, dan patuh. Selain itu, Bima dikenal sebagai tokoh yang tidak suka basa-basi. Dikisahkan juga bahwa Bima adalah titisan Bayu, dewa angin, yang menjelma menjadi Pandu saat menikahi dewi Kunti. Bima mahir menggunakan senjata gada yang terkenal dengan nama Rujakpala, tidak ketinggalan senjata lainnya, yaitu kuku Bima, yang dinamakan Pancakenaka. Pada perang Baratayuda, Bima adalah tokoh penutup perang yang berhasil membunuh Duryodana, pemimpin tertinggi Kurawa. Bima memiliki anak dari perkimpoiannya dengan Dewi Arimbi yang bernama Gatotkaca. Bima digambarkan selalu siap dengan senjata pamungkasnya yaitu Kuku Pancanaka yang diartikan sholat lima waktu haruslah ditegakkan dalam keadaan apapun. Julukan Ksatria Penegak ini merefleksikan Ibadah Shalat sebagai Tiang Agama atau Penegak Agama, oleh karena itu Bima digambarkan sebagai Rukun Islam yang kedua yaitu Menegakkan Shalat.

Arjuna(Wijaya/SatrioPenengah Pandowo/Ksatria Penengah Pandawa) Arjuna adalah anak ketiga. Dikisahkan Arjuna merupakan titisan dewa Indra, raja semua Dewa. Dikisahkan Arjuna memiliki sifat mulia, cerdik, berani, berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil merebut kejayaan. Arjuna adalah tokoh yang paling rupawan diantara saudara-saudaranya. Sehingga tidak heran, kalau Arjuna sering dianalogikan sebagai lelaki yang tampan, gagah, dan gentle di kehidupan kita sekarang. Arjuna lihai memainkan senjata panah. Dalam perang Baratayudha, Arjuna menggunakan Pasupati, nama panahnya, untuk membunuh Bisma, panglima besar Kurawa. Dalam perang juga, Arjuna dikenal sebagai ksatria tanpa tanding, karena saat bertempur, Arjuna tidak pernah sekalipun menemui kekalahan. Arjuna memiliki banyak istri karena ketampanannya, salah satunya yang terkenal adalah dewi Srikandi yang membantu Arjuna membunuh Bisma. Raden Arjuna digambarkan sebagai tokoh yang sangat tampan, lemah lembut, pemberani, pemanah ulung, pembela kebenaran, dan idola kaum wanita. Ini merefleksikan Ibadah Puasa wajib dibulan Ramadhan yang penuh hikmah dan pahala sehingga menarik hati kaum Muslim utk beribadah sebanyak-banyaknya. Keahlian Raden Arjuna dalam bertempur dan memanah ini merefleksikan Ibadah Puasa sebagai senjata utk melawan hawa nafsu. Orang berpuasa banyak godaan hawa nafsu setan apabila tidak kuat menghindarinya pasti akan jebol pertahanannya. Arjuna merupakan gambaran Rukun Islam yang ke-tiga yaitu Puasa di Bulan Ramadhan hal ini karena dia mempunyai/ kesaktian yang tak terkalahkan, dan sesuatu yang menyenangkan pandangan, karena dia gemar Tirakat/bertapa (berpuasa) dan gemar menahan nafsu.

Nakula (Ksatria kembar) Nakula adalah anak keempat dari Pandawa, dan lahir dari perkimpoian antara Pandu dengan dewi Madri. Nakula diceritakan memiliki sifat taat, setia, belas kasih, tahu membalas budi, dan menyimpan rahasia. Nakula memiliki saudara kembar, yaitu Sadewa. Nakula juga terkenal sebagai orang yang tampan, namun tidak seperti Arjuna yang rendah hati dengan ketampanannya. Nakula lebih membanggakan ketampanannya dan tidak mau mengalah. Nakula lihai memainkan senjata pedang pada perang Baratayuda. Kelebihan lainnya yang dimiliki Nakula adalah ilmu pengobatan, karena Nakula dipercaya sebagai titisan dewa Aswin, dewa pengobatan. Selain itu, Nakula lihai mengengendarai kuda, dan memiliki ingatan yang sangat tajam dan tidak terbatas. Nakula adalah gambaran Rukun Islam yang ke-empat yaitu Membayar Zakat hal ini karena dia gemar bersolek dengan pakaian bagus dan bersih, suka memberi serta belas-kasih pada kaum yang lemah, lambang orang kaya yang Dermawan/suka memberi infaq, shadaqah dan zakat.

Sadewa (Ksatria Kembar) Sadewa adalah bungsu dari Pandawa lainnya. Merupakan kembaran dari Nakula. Jika Nakula dianugerahi ketampanan, maka Sadewa dianugerahi kepandaian, terutama dalam bidang astronomi, sehingga Sadewa memiliki kemampuan meramal untuk masa depan. Sifat Sadewa adalah bijak dan pandai, bahkan Yudisthira pernah berkata bahwa Sadewa memiliki kebijaksanaan lebih tinggi daripada Wrehaspati, guru para Dewa. Dikisahkan juga bahwa Sadewa adalah tokoh yang berhasil membunuh Sengkuni, paman para Kurawa yang terkenal dengan kelicikannya dan pintar menghasut. Sadewa berhasil membunuh Sengkuni dengan kecerdikan dan kepandaian yang dia miliki. Sadewa merupakan tokoh pendiam dalam kisah Mahabharata. Sadewa digambaran sebagai Rukun Islam yang ke-lima yaitu Kewajiban pergi Haji hal ini karena Sadewa suka melancong, mengembara mencari ilmu dan hikmah di tempat-tempat yang bersejarah. Zakat dan Haji digambarkan sebagai dua ksatria kembar Nakula dan Sadewa, mereka jarang muncul sebagaimana zakat dan haji diwajibkan bagi orang yang mampu, kalau tidak ada Nakula dan Sadewa maka Pandewa akan runtuh dan hancur begitu pula umat Islam jika tidak ada para hartawan yang sanggup membayar zakat dan menunaikan ibadah haji, fakir miskin akan terancam kekafiran dan kemurtadan. Kesenjangan sosial tidak terjembatani.

SEMOGA THREAD INI BERMANFAATBAGI JURAGAN2 SEMUA

BERBICARA wayang tentunya kita diingatkan akan kisah Mahabharata. Salah satu karakter yang cukup menarik perhatian adalah wayang Pandawa Lima. Pandawa tidak hanya dikenal karena parasnya yang gagah dan tampan, juga nilai-nilai dan karakter unik yang dimiliki setiap tokohnya.

Pandawa Lima merupakan anak-anak dari Prabu Pandu yang mendapat anugerah dari para dewa. Keberadaan mereka tidak lepas dari peran seorang resi yang memberikan mantra khusus kepada Kunti, istri Prabu Pandu, agar dapat memiliki keturunan.

Pada suatu masa, Prabu Pandu meninggalkan kerajaan Hastinapura untuk menjalani kehidupan sebagai pertapa guna menebus dosa-dosanya, sementara kerajaan tersebut diwariskan kepada kakaknya, Dretarastra.

Baca juga : Ramayana: Kisah Abadi Rama dan Sinta yang Penuh Cinta dan Perjuangan

Dretarastra, yang buta, memimpin kerajaan Hastinapura dengan 99 anak laki-laki yang dikenal sebagai Kurawa. Meskipun Pandawa Lima dijanjikan untuk menerima kerajaan setelah mereka tumbuh dewasa, para Kurawa yang dipimpin Duryudana justru tumbuh menjadi individu yang tamak akan kekuasaan dan sering berusaha menyingkirkan Pandawa Lima.

Walau begitu, Pandawa Lima memiliki kekuatan istimewa yang melebihi 99 sepupu mereka dari keluarga Kurawa. Keistimewaan ini tidak hanya terletak pada kekuatan fisik, tetapi juga pada sifat-sifat luhur mereka. Karakter Pandawa Lima yang penuh dengan kebaikan, keramahan, dan keadilan menjadikannya tokoh yang sangat dihormati dan dicintai banyak orang.

Melalui cerita Pandawa Lima, wayang memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya keadilan, kebaikan, dan perjuangan untuk kebenaran, yang tetap relevan hingga saat ini. Maka, tidak heran jika tokoh Pandawa selalu mendapat tempat khusus di hati penonton wayang, baik sebagai hiburan maupun sebagai sumber inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga : Mahabharata: Kisah Abadi Pandawa dan Kurawa dalam Perebutan Tahta dan Kehormatan

Belanja di App banyak untungnya:

tirto.id - Gambar wayang Pandawa lima, urutan, dan namanya adalah hal penting yang perlu dibahas ketika kita membicarakan soal sejarah wayang.

Pandawa Lima adalah sebutan untuk menjuluki tokoh pewayangan yang merupakan lima putra Raja Hastinapura, nama raja tersebut adalah Pandu.

Cerita Pandawa Lima ini dikisahkan sebagai tokoh protagonis yang melawan tokoh antagonis. Untuk tokoh antagonisnya, terdiri dari anak-anak Dretarasta (disebut Kurawa) yang sebenarnya masih sedarah dengan Pandu.

Pandawa Lima ini terlibat perang dengan Kurawa tersebut dikenal sebagai Perang Barathayudha. Hal yang menjadi pemicu peperangan adalah ambisi para Kurawa yang ingin menguasai Hastinapura.

Lantas, bagaimana urutan Pandawa Lima atau nama anak Pandu? anak putra Pandu berjumlah 5. Para putra Pandu ini lahir dari dua ibu yang berbeda, yakni Kunti dan Madri.

Anak yang lahir dari rahim Kunti berurutan meliputi Yudistira, Bima, dan Arjuna. Sedangkan yang dilahirkan Madri, ada Nakula sebagai anak pertama dan Sadewa sebagai anak keduanya.

Berikut adalah urutan Pandawa Lima:

Asal kerajaan Pandawa Lima adalah Hastinapura. Di kerajaan tersebut, para Pandawa Lima yang masih kecil hidup bersama para kurawa kecil. Setelah beranjak dewasa, Kurawa berusaha mengambil tahta Hastinapura (sering disebut Astina).

Berdasarkan wiracarita Mahabharata, mereka bertempur dalam Perang Bharatayudha dan lokasinya berlangsung di Kurukshetra. Berdasarkan sejarah dapat disimpulkan beberapa watak, karakter, atau sifat Pandawa Lima. Berikut adalah sifat Pandawa Lima beserta karakternya:

Sifat atau karakter Tokoh Pandawa  dalam Pewayangan